Mengetahui kalau Pangeran Adipati Anom dan Sahoyi telah menjalin hubungan cinta asmara, Prabu Amangkurat yang menghubungkan peristiwa itu dengan isyarat bekisar betina menjadi jantan.

Prabu Amangkurat memerintahkan kepada kedua abdinya yang bernama Wangsatruna dan Yudakarti untuk mencarikan seorang wanita di mana akan dijadikan istri. Wanita itu berada di tempat yang berair harum di kawasan Surabaya. Sesudah memohon diri pada Prabu Amangkurat, kedua abdi itu berangkat ke Surabaya.
Tempat berair harum itu telah diketemukan oleh Wangsatruna dan Yudakarti. Mereka kemudian mencermati pada setiap wanita berwajah rupawan yang lalu-lalang di tempat itu. Namun tidak seorang pun dari mereka yang pantas untuk menjadi pendamping Prabu Amangkurat. Keduanya kemudian menemui Ki Mangunjaya yang merupakan orang kepercayaan Pangeran Surabaya.
Kepada Wangsatruna dan Yudakarti mengatakan, bahwa Ki Mangunjaya memiliki anak gadis berparas cantik dan bertubuh sempurna namun sayangnya belum akil-baliq. Mendengar perkataan dari Mangunjaya, kedua utusan Prabu Amangkurat itu sontak berbinar wajahnya. Terlebih manakala menyaksikan anak gadis yang bernamakan Sahoyi itu, mereka terbengong-bengong dan sekian lama tidak dapat melontarkan sepatah kata. Mereka kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda takjub.
Lantaran berpikir bahwa Sahoyi pantas menjadi istri Prabu Amangkurat, maka Wangsatruna dan Yudakarti membawanya ke Mataram. Sebelum menghadap Prabu Amangkurat, Wangsatruna dan Yudakarti bertemu dengan Wirareja. Sesudah itu, mereka bertiga membawa Sahoyi di hadapan Prabu Amangkurat. Melihat kecantikan wajah dan kesempurnaan gadis itu, Prabu Amangkurat berkenan untuk menjadikannya istri. Namun karena belum dewasa, Prabu Amangkurat menitipkannya pada istri Wirareja (Nyi Wirareja) di ndalem Kawirarejan.
***
Di lain kisah, istri Pangeran Singasari melakukan perselingkungan dengan Raden Dobras. Kepada istri Pangeran Singasari itu, Raden Dobras berjanji, “Bila aku kelak menjadi sultan di Martaram, maka kau akan aku jadikan permaisuri.” Namun sebelum janji itu ditepati, perselingkuhan antara istri Pangeran dan Raden Dobras telah diconangi oleh Pangeran Singasari.
Tanpa berpikir jauh, Pangeran Singasari segera mengambil tindakan. Membawa Raden Dobras ke hutan dan membunuhnya. Sesudah Raden Dobras tidak lagi bernyawa, mayatnya dimasukkan ke dalam sumur. Untuk menghilangkan jejaknya, sumur itu kemudian ditanami pohon pisang.
***
Pada kisah lainnya lagi, Prabu Amangkurat ingin menjodohkan Pangeran Adipati Anom dengan putri Cirebon. Di waktu yang berbeda, Pangeran Adipati Anom yang berkunjung di Ndalem Kawirarejan sangat tertarik dengan seorang anak gadis berwajah cantik dan bertubuh sempurna. Kepada gadis Sahoyi itu, Pangeran Adipati Anom jatuh cinta. Demikian pula Sahoyi pada Pangeran Adipati Anom.

Mengetahui kalau Pangeran Adipati Anom dan Sahoyi telah menjalin hubungan cinta asmara, Prabu Amangkurat yang menghubungkan peristiwa itu dengan isyarat bekisar betina menjadi jantan segera mengambil tindakan. Membunuh Pangeran Surabaya dan 40 orang keluarganya. Membunuh Wirareja beserta istrinya. Memerintahkan Pangeran Adipati Anom untuk membunuh Sahoyi. Sesudah Sahoyi tewas, Pangeran Adipati Anom kemudian diusir oleh Prabu Amangkurat ke Lipura. (uaw/plt)
Sumber gambar: