Setiba di tepian Kotapraja Kartasura, pertempuran antara pasukan Wanakusuma dan pasukan Kartasura tidak dapat dihindari lagi. Karena pasukan Surakarta berada di atas angin, Ki Ageng Wanakusuma mengerahkan kesaktiannya. Menjebol jerami dan menyebarkannya. Sontak jerami itu berubah menjadi senjata-senjata yang mengejar pasukan Kartasura.
DIKISAHKAN kemudian tentang Ki Ageng Wanakusuma yang merupakan canggah (keturunan keempat) dari Ki Ageng Giring, yang tinggal di Pedukuhan Wanakusuma (Gunungkidul). Merasa sebagai keturunan dari Majapahit, Ki Ageng Wanakusuma suka bertapa di tempat-tempat sunyi untuk mendapatkan ketenangan dan petunjuk dari Gusti Kang Maha Agung.
Pada suatu ketika, Ki Ageng Wanakusuma teringat pada wejangan Ki Ageng Giring. Isi wejangan tersebut mengatakan bila ada anak keturunannya yang ingin menjadi raja, maka mintalah tanah warisan kepada raja-raja keturunan Ki Ageng Mataram (Pemanahan). Karenanya, bertapalah di sebelah timur Gunung Merapi di wilayah Pajang.
Selagi mengingat-ingat tentang wejangan Ki Ageng Giring, Ki Ageng Wanakusuma dihadap oleh kedua putranya yakni Jaya Lalana dan Jaya Parusa. Karena mendapat bujukan dari pembantunya yang bernama Kartigarun, kedua pemuda itu menyampaikan hasratnya untuk mengkudeta kekuasaan Susuhunan Amangkurat II yang belum lama menjabat sebagai raja di Kartasura.
Mendengar penuturan kedua putranya, Ki Ageng Wanakusuma tersentak. Semula, ia tidak sepakat untuk melakukan kudeta ke Kartasura. Namun karena hasrat Jaya Lalana dan Jaja Parusa tidak dapat dikendalikan lagi, Ki Ageng Wanakusuma berakhir mendukung keinginan kedua putranya itu. Sesudah pertemuan ayah dan kedua putranya itu, dibentuklah orang-orang yang tinggal di seputar Merbabu dan sebelah timur Merapi untuk dijadikan pasukan khusus.
Sesudah pasukan terbentuk; Ki Ageng Wanakusuma, Jaya Lalana, Jaya Parusa, dan seluruh pasukannya bergerak menuju Kartasura. Setiba di tepian Kotapraja Kartasura, pertempuran antara pasukan Wanakusuma dan pasukan Kartasura tidak dapat dihindari lagi. Karena pasukan Surakarta berada di atas angin, Ki Ageng Wanakusuma mengerahkan kesaktiannya. Menjebol jerami dan menyebarkannya. Sontak jerami itu berubah menjadi senjata-senjata yang mengejar pasukan Kartasura. Hingga para tamtama Kartasura berlari tunggang langgang meninggalkan medan laga. Sementara pasukan Kumpeni yang semula masih bisa bertahan di Ngasem itu melarikan diri bersama pasukan Bugis dan Makassar.
Pasukan Wanakusuma bergerak ke Kotapraja Kartasura. Sepanjang perjalanan, mereka menghancurkan rumah-rumah yang dilewati. Setiba di alun-alun, mereka disongsong oleh Pangeran Puger, Tumenggung Singabarong, Nyoman Layangan, dan Nayatruna. Dalam pertempuran itu, Jaya Lalana tewas di tangan Pangeran Puger. Jaya Parusa tewas di tangan Nyoman Luyangan dari Bali. Sementara Ki Ageng Wanakusuma tak diketahui rimbanya. Mengingat joli yang semula dinaiki Ki Ageng Wanakusuma telah kosong saat ditemukan oleh para prajurit Kartasura. (uaw/plt)
Catatan:
Naskah ini Disarikan dari Babad Tanah Djawi, Balai Pustaka, Betawi Sentrem, 1939.